Siapa yang tidak mengenal pohon bambu, hampir semua bagian tanaman ini bisa digunakan, tentu saja yang paling utama adalah batangnya. Batang bambu biasa dimanfaatkan untuk bahan bangunan, sebagai pipa pengairan dipedesaan yang mengalirkan air dari pegunungan ke dareah pedesaan. Bambu muda bisa dimanfaatkan sebagai bahan masakan yang lezat rasanya. Sedangkan daun bambu ternyata juga bisa digunakan sebagai ramuan herbal untuk kesehatan.
Di bawah ini adalah beberapa jenis bambu yang dapat kita temui disekitar hutan tropis, saya akan membahas sedikit mengenai jenis-jenis bambu tersebut serta manfaatnya yang digunakan oleh masyarakat.
1. Bambu Abe (bahasa daerah dayak bakati kabupaten Bengkayang)
Bambu abe atau Gigantochloa balui adalah salah satu jenis bambu yang memiliki ukuran lingkar batang sedang dan termasuk ke dalam suku rumput-rumputan. Bambu abe memiliki nama lokal yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia. Bambu ini banyak manfaatnya salah satunya digunakan masyarakat untuk membuat tangkai atap yang dibuat dari daun sagu dan kulit bagian luarnya(sembilu) digunakan sebagai tali pengikat yang juga digunakan untuk bahan membuat atap. Sedangkan bambu mudanya (rebung) tidak bisa dimakan karena rebung dari bambu ini terasa pahit.
Bambu Abe (Gigantochloa balui) |
Bambu ini termasuk dalam genus Gigantochloa (Gigantochloa Apus ), jenis bambu yang tumbuh merumpun. warna buluh hijau cerah atau kekuningan tinggi bisa mencapai 20M. Batangnya tidak bercabang di bagian bawah, diameternya 2,5-15 cm, tebal dinding 6-13 mm, dan panjang satu ruas 45-65 cm.
Panjang batang yang dapat dimanfaatkan antara 3 m – 15 m. Bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Bentuk batangnya sangat teratur dengan buku-buku yang sedikit membengkak. Tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Rebungnya pahit dan tidak bisa dimakan. G. apus terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku anyaman karena seratnya yang panjang, halus, dan lentur.
Bambu ini, dalam keadaan basah berwarna hijau dan tidak keras. Sebaliknya bila sudah kering warnanya menjadi putih kekuning-kuningan, liat, dan tidak mudah putus. Karena itu, tak heran bila bambu ini digunakan sebagai bahan utama untuk kerajinan anyaman dan juga untuk tali pengikat. Selain sebagai bahan kerajinan, bambu buluh juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan baku pembuatan lemang (makan tradisional masyarakat dayak).
Bambu Buluh (Gigantochloa apus)
3. Bambu Batukng/Betung (bahasa dayak bakati kabupaten Bengkayang)
Bambu betung atau Dendrocalamus asper adalah salah satu jenis bambu yang memiliki ukuran lingkar batang yang cukup besar dan termasuk ke dalam suku rumput-rumputan. Bambu betung memiliki nama lokal yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia seperti sebutan awi bitung (Sunda), batukng (Dayak Bakati), pring petung (Jawa), awo petung (Bugis), dan bambu swanggi (Papua).
Bambu betung dapat tumbuh lebih baik dengan sinar matahari penuh, dan suhu minimum supaya dapat tumbuh dengan baik adalah 25 °F. Habitat tanaman ini adalah pada ketinggian rendah sampai 1.500 m.Bambu betung tumbuh subur terbaik pada ketinggian 400–500 m dpl di daerah dengan curah hujan tahunan rata-rata sekitar 2.400 mm. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah, bahkan di tanah berpasir dan agak asam, tapi lebih tumbuh dengan baik di daerah dengan tanah kering dan berat.
Bambu betung memiliki banyak manfaat seperti digunakan sebagai bahan bangunan dan kayu struktural untuk konstruksi berat seperti rumah dan jembatan. Ruas batang bambu betung digunakan sebagai wadah untuk air dan cairan lainnya, dan sebagai alat memasak.Bambu ini juga digunakan untuk membuat papan laminasi, furnitur, alat musik, sumpit, peralatan rumah tangga dan kerajinan. Batang bambu betung yang masih mudah dapat dimakan dan memiliki rasa yang enak dan manis. Selain itu batang bambu ini juga biasa digunakan untuk membuat meriam, biasanya dibuat oleh remaja2 bahkan orang dewasa sebagai tradisi setelah musim panen padi.
|
Bambu Batukng/Betung (Dendrocalamus asper) |
4. Bambu Tarengk (bahasa dayak bakati kabupaten Bengkayang)
Bambu tarengk adalah jenis bambu yang warna kulitnya hijau tua dan kurang mengkilap. Bambu ini pada umumnya memiliki diameter 3-7 cm, besar atau kecilnya tergantung kesuburan tanahnya. Untuk ketinggian/panjangnya pun bervariasi yakni antara sekitar 4-12 meter. Bambu ini dimanfaatkan oleh warga sebagai pagar kebun, buat kandang ayam dan lain sebaginya. Rebung dari bambu ini dapat dikonsumsi karena rasanya yang manis.
Bambu Tarengk (Gigantochloa altroviolacea) |
5. Bambu Gare (bahasa dayak bakati kabupaten Bengkayang)
Bambu gare adalah bambu yang warna kulitnya hijau tua dan bercak-bercak warna putih. Bambu hampir sama kerasnya dengan bambu betung hanya diameter bambu ini lebih kecil dari bambu betung, diameter bambu gare mayoritas antara 5-12 cm dengan panjang/tinggi antara 7-18 meter.
Bambu gare yang masih muda atau baru muncul dengan ketinggian sekitar maksimal 20 cm dari permukaan tanah, dapat dimanfaatkan sebagai sayur. Kebanyakan rebung ini dibikin pekasam dulu baru dimasak dan dimakan berbeda dengan bambu tarengk yang tidak repot mengerjakannya hanya direbus saja sudah bisa dikonsumsi karena rasanya yang enak dan manis, berbeda dengan bambu gare yang terasa sedikit pahit tapi tidak sepahit dari rebung bambu abe sehingga harus dipermentasi dulu baru dikonsumsi.
Bambu Gare (Dendrocalamus sp.) |
0 komentar:
Posting Komentar